Minggu, 20 Februari 2011

Hasna Halimatur Rosyidah: selamat tinggal sahabat

Hasna Halimatur Rosyidah: selamat tinggal sahabat: "ini lagu lama dari IZZIS tapi saya sangat suka, entah kenapa setiap denger lagu ini badan jadi merinding smua, kadang kalau lagi menghayati ..."

ketika akhwat jatuh cinta

kondisi yang aku dapet dari copas ini sesuai banget sama kondiasiku saat ini itulah mengapa aku ingin membaginya untuk kalian juga..
mungkin ada yang merasakan hal yang sama denganku?? hehe
 

Akhwat Jatuh Cinta??
Tak ada yang aneh, mereka juga adalah manusia...
Bukankah cinta adalah fitrah manusia???
Tak pantaskah akhwat jatuh cinta???
Mereka juga punya hati dan rasa...

Tapi tahukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang lelaki menyapa hatinya???
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu di wajah, tak ada buncah suka di dada...
Namun sebaliknya...
Ketika Akhwat Jatuh Cinta...
Yang mereka rasakan adalah penyesalan yang amat sangat, atas sebuah hijab yang tersingkap...
Ketika lelaki yang tak halal baginya, bergelayut dalam alam fikirannya, yang mereka rasakan adalah ketakutan yang begitu besar akan cinta yang tak suci lagi...
Ketika rasa rindu mulai merekah di hatinya, yang mereka rasakan adalah kesedihan yang tak terperih akan sbuah rasa yang tak semestinya…
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu…
Yang ada adalah malam-malam yang dipenuhi air mata penyesalan atas cinta-Nya yang ternodai…
Yang ada adalah kegelisahan, karena rasa yang salah arah…
Yang ada adalah penderitaan akan hati yang mulai sakit…
Ketika Akhwat Jatuh Cinta…
Bukan harapan untuk bertemu yang mereka nantikan, tapi yang ada adalah rasa ingin menghindar dan menjauh dari orang tersebut…
Tak ada kata-kata cinta dan rayuan…
Yang ada adalah kekhawatiran yang amat sangat, akan hati yang mulai merindukan lelaki yang belum halal atau bahkan tak akan pernah halal baginya…
Ketika mereka jatuh cinta, maka perhatikanlah, kegelisahan di hatinya yang tak mampu lagi memberikan ketenangan di wajahnya yang dulu teduh…
Mereka akan terus berusaha mematikan rasa itu bagaimanapun caranya…
Bahkan kendati dia harus menghilang, maka itu pun akan mereka lakukan...
Alangkah kasihannya jika akhwat jatuh cinta…
Karena yang ada adalah penderitaan…

Tapi ukhti…
Bersabarlah…
Jadikan ini ujian dari Rabbmu…

Matikan rasa itu secepatnya…
Pasang tembok pembatas antara kau dan dia…
Pasang duri dalam hatimu, agar rasa itu tak tumbuh bersemai…
Cuci dengan air mata penyesalan akan hijab yang sempat tersingkap...
Putar balik kemudi hatimu, agar rasa itu tetap terarah hanya padaNya…
Pupuskan rasa rindu padanya dan kembalikan dalam hatimu rasa rindu akan cinta Rabbmu…
Ukhti… Jangan khawatir kau akan kehilangan cintanya…
Karena bila memang kalian ditakdirkan bersama, maka tak akan ada yang dapat mencegah kalian bersatu…
Tapi ketahuilah, bagaimana pun usaha kalian untuk bersatu, jika Allah tak menghendakinya, maka tak akan pernah kalian bersatu…
Ukhti… Bersabarlah… Biarkan Allah yang mengaturnya...
Maka yakinlah... Semuanya akan baik-baik saja…

Semua Akan Indah Pada Waktunya…

By: Ummu Sa'ad 'Aztriana'

 

^^

untuk siapa dakwah ini?

ironis, sangat ironis melihat bnyk sekali saudara kita yang dengan banyak cara mendakwahi orang lain, tapi kelakuan diri sendiri masih belum layak..
hmm.. aku mau menuliskan sesuatu yang kuharap dapat bermanfaat bagi kita semua.
dan bisa saling mengingatkan  ^^

saudaraku..
tentulah kau lihat fakta yang terjadi
tentulah kau merasakan sesaknya hati ini

sahabatku..
mungkin aku pun bukanlah manusia sempurna
mungkin aku jugalah yang paling payah
soal dakwah,
soal menyentuh hati
dan soal sedikitnya amalan..

saudaraku..
jujur aku kecewa..
mungkin aku pun tak berhak untuk protes..
tapi aku benar-benar kecewa sahabatku

aku melihat, apa yang juga kau lihat
mungkin kau menganggapnya biasa
ya.. aku juga ingin menganggapnya biasa
tapi aku tak bisa saudaraku..
aku benar-benar tak bisa

aku ingin menangis saudara ku,,
aku ingin berteriak
kemana dakwah itu kalian tujukan?
untuk siapa sahabatku?
untuk apa ?
tak lagi kulihat semangat itu
semangat yang menyala
semangat untuk menuju ilahi

sahabatku..
aku juga tahu...
keimanan itu bisa sangat kuat dan sangat rapuh pada waktunya
tapi bukankah kau tak pernah sendirian?

kau tahu itu..
kau tahu allah bersamamu..
tapi kau diam dan tuli

sahabatku, dakwah itu memang tak mudah
jalan menuju allah memang yang paling sulit dilalui
tapi bukankah allahtak pernah menguji manusia diluar batas kemampuannya

saudaraku yang yang ku cintai
aku kecewa ..
ketika banyak dari kita yang harusnya memberi contoh baik
ketika seharusnya ia menasehati kepada kebenaran
tapi kemudian ia berjalan bersama yang bukan mahrom.a
ia mengingatkan kepada kebaikan tapi ia justru melakukan kemaksiatan


sahabatku..
saudaraku..
ayo bersama kita tegakan dakwah ini lagi..
kita jelaskan untuk siapa dakwah ini..
menjadikan diri kita bisa menyampaikan dan melakukan kebaikan

semoga allah memberi petunjuk bagi mereka yang salah arah.. amminn.. ^^


afwan kalau note agak kurang menarik hehe maklum.. ok, ok..

Sabtu, 19 Februari 2011

sesuatu yang perlu disadari

ketika mmbaca sebuah cerita aku langsung menangis dan selanjutnya menulis hal ini..
suatu yg kusadari dgn sepenuh hati..


astagfirullah..
trnyata ku  sudah melangkah terlalu jauh,..
hapalan qur'an lenyap,..
hijab gak dijaga (au akh gelap)..
hati sulit tenang..
astagfirullah..
sekali lg tindakan ku sudah diluar batas
ku tau yg baik tp tak mengerjakan.a
ku tau yg diwajibkan tp mngabaiknnya.
astagfirullah..
hati ini benar2 kesepian
hingga lupa dgn apa yg harus di ucap dengan benar
hingga tak lagi tartil dlm mengaji

astagfirullah
aq sndri yg menggelapkan hati q
aq sndri yg menjauhkan dri dari cahayaNYA
aq sndri yg sdh mengraskan hati ini

padahal allah senantiasa melihat,
padalah aq mnyadari pengawasan allah..
tp seperti orng buta dan tuli aq mengabaikannya

padahal allah senantiasa mengingatkan,
pdhal sdah bgitu bnyak contoh
tp ttp saja seperti batudriku ini
aq trs2 saja mengabaikan
trs sja menambah hal yg bisa menutup cahaya itu

astagfirullah..
kemauan itu ada tapi sulit drealisasikan
tekad itu jg siap tp prbuatan msh sja salah..
semua itu yg kusadari.. smua yg salah yg kulakukan
semua maksiat yg tak bisa ku hindari dan tak bisa kulawan..

astagfirullah, astagfirullah..
q hnya berdo'a smga allah ttp brsama q,
mmberi pringatan trs nd trs memberiku hidayah
dan kuharapkan hatiku ikhlas menerima.a
hingga aq bisa mnjadi manusia yg lbh baik
aammiinn..

Kisah Gadis Kecil Yang Shalihah Subhanallah..


6 Des
Sumber: Majalah Qiblati edisi 4 Tahun 3
Aku akan meriwayatkan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya. Berkatalah ibu gadis kecil tersebut: Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak burung pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut. Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut. Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang perpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma’ruf, dan senantiasa menjaga hijabnya.
Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka. Ibu Afnan melanjutkan ceritanya: Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nasrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: “Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!” Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: “Mama, aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam.” Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.
Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut. Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?
Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: “Sakit ringan di kakiku.” Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: “Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah.” Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit. Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang. Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata: “Alhamdulillah… alhamdulillah… alhamdulillah.” Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: “Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku.” Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!! Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjamah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!
Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah. Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: “Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku.” Kami (aku, suamiku dan Afnan) pergi untuk yang pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: “Apakah engkau seorang muslimah?” Dia menjawab: “Tidak.” Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar yang kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. Dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya. Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya, karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan mematikannya. Akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orang tuanya. Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: “Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?” Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin bagi mereka untuk memasang kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: “Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna.” Temanku tersebut berkata: “Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan. Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati.” Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!! Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan di sisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus. Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan, dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu’ dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!! Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mengabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Maka memungkinkan bagi kami untuk membawanya ke rumah. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku. Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.
Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum. Dia berkata: “Ummi, kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat.” Kukatakan: “(Mimpi) yang baik Insya Allah.” Dia berkata: “Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau, dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi.” Akupun bertanya kepadanya: “Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut.” Dia menjawab: “Aku menyangka, bahwasannya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku.” Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.
Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku, dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring di atas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: “Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu.” Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: “Aku ingin mencium pipimu yang kedua.” Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: “Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah.” Maka dia berkata: “Asyhadu alla ilaaha illallah.” Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: “Asyhadu allaa ilaaha illallaah.” Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: “Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah.” Dan keluarlah rohnya. Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kasturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillahi rabbil ‘aalamin.


subhanallah.. setelah membaca cerita ini airmata ana gak bisa berhenti..
semoga kita bisa menjadi seperti afnan.. ^^

Minggu, 13 Februari 2011

bayangan ku

kau terlihat seperti bayangan gelap dalam hidupku
aku yang mencoba menyinarimu dengan cahaya redupku
tak akan mampu membawamu kluar dari duniamu
aku ingin membatumu menemukan cahaya itu
tapi aku tahu aku pun tak bisa menemukan cahaya dalam hidupku,

cahaya redup itupun hanyalah cahaya lentera yang kau beri dimasalalu
ayolah kita keluar ke tempat terang bersama-sama
aku ingin melihat cahaya mentari
aku ingin merasakan lembutnya angin sejuk diluar sana
ayo bersama-sama kita berlari mengejar mentari..

aku ingin memberimu semangat
bersamamu menuntun hatimu
kita bisa..
bayangan gelapku,
jadilah bayangan yang menerangi jalanku

Sabtu, 05 Februari 2011

Desahan Nafas

tubuhmu basah tersiram hujan
badanmu gemetar kedinginan
suara nafasmu mendesah dalam kebekuan
kau sendirian..

hatimu lelah menahan cobaan
ragamu letih menahan beban
kau kesepian..
kau sendirian..

disamping tubuhmu
sesosok raga membeku
sesosok jiwa membiru
dalam kematian yang haru

dengan airmatamu kau menangisinya
dengan isak tangismu kau mendekap tubuhnya
tapi dengan sesalmu kau tak dapat menyentuhnya
kau lihat dirimu sendiri yang sudah tiada

desah nafas.. desahan nafasmu..
masih terdengar namun lemah..
lalu kau berharap untuk menguatkan nafas itu..
namun kau tiada guna..
kau telah tiada..

hujan itu semakin menyakitkanmu
semakin membuatmu tak percaya
akuilah kau telah pergi..
akuilah kau menyadari..
kini..
kau tiada lagi memiliki
desahan nafas walau selemah angin sekalipun..


selesai.. ^^