Tidak, aku tak mau menjadi kupu kupu meski ia indah,
meski melihatnya orang menjadi tenang, tidak. Aku tak mau jadi sepertinya.
Tahukah engkau tentang filosofi kupu kupu?
Ia berasal dari telur, kemudian menjadi ulat yang rakus, memakan habis semua daun yang hijau nan cantik, ia merusak kehidupan yang lain untuk memenuhi kebutuhannya, lalu setelah itu ia berubah, menjadi sangat diam, mungkin merenungi semua salahnya, dosanya, alpanya dan akhirnya ia bertaubat, ia menjadi sangat sabar, menahan dirinya berpuasa selama 10 hari penuh.
Lantas setelahnya ia berubah menjadi kupu kupu yang elok, yang begitu rapuh namun anggun, terbang diatas bunga bunga yang elok, sungguh menjadi pribadai yang sangat baik. Ia tak lagi rakus memakan daun daun sampai habis, ia hanya menyesap nektar dari bunga bunga yang indah. lalu ia kawin dan bertelur setelahnya ia mati sesudah melanjutkan keturunannya.
Sangat baik, terlahir tak tau apapun, lantas menjadi sangat buruk, kemudian menjadi sangat baik. Itulah kupu kupu. Tapi sungguh aku tak mau jadi seperti kupu kupu. Meski elok dipandang dan menyejukan hati. disukai oleh semua yang melihatnya. Sungguh aku tak mau!.
Aku,, aku ingin menjadi lebah. Lebah yang tak semua orang menyukainya, yang kadang menganggu dengan suaranya, atau dengungannya, juga kadang membuat orang panik atau takut jika tersengat olehnya. Tak apa karena ia hanya mencoba untuk bertahan hidup.
Lebah, terlahir begitu polos, namun ia sudah dapat membantu koloninya membangun sarang, ia dirawat dengan baik oleh yang lainnya, lalu tumbuh menjadi larva yang gemuk tanpa merusak yang ada disekitarnya, ia juga bermetamorfosis menjadi diam, merenungkan betapa banyak yang koloni lakukan untuknya, sedang ia mungkin belum bisa melakukan banyak hal untuk koloninya, maka ia berpuasa menahan diri agar tak menyusahkan lagi.
Dan kemudian di akhir masanya ia berubah menjadi lebah yang kita ketahui bersama rupanya. Lebah tak lagi mengandalkan saudaranya ia menjadi mandiri dan mencari nektar untuk koloninya, bergantian ia yang menjaga generasi berikutnya, ia mengambil yang baik sejak awal, lalu memberikan yang terbaik sampai akhir. Tak ada keburukan sama sekali, ketika ia dewasa, ia memilih untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, dan jika kelompoknya diserang ia akan mengorbankan diri dan mati dalam keadaan mempertahankan yang baik.
Alangkah indah menjadi lebah, tak hanya untuk koloninya, ia juga mampu memberi untuk sekitarnya. Segala kebaikan dilakukan sampai akhir hidupnya. Aku mau menjadi lebah, yang tak semua manusia menyukai, tapi memberi lebih banyak manfaat.
Sekali lagi aku tak mau jadi kupu kupu, meski di akhir hidup singkatnya ia begitu berjasa dalam menumbuhkan, tapi lihat! hal yang kemudian ia lakukan di akhir sisa waktunya ia bertelur dan menghasilkan perusak baru, ulat baru. Sementara lebah, aku ingin menjadi lebah, ia akan mati untuk koloninya atau menyambung kebaikan yang tak terputuskan. Begitu mulia.
Iya,. aku ingin menjadi lebah, memberi meski dibenci.
#belajar dari keduanya, ada nilai manfaat yang bisa diambil dari keduanya. Manusia tak mungkin bisa sesempurna lebah dalam memberikan kebaikan, pasti ada saja kesalahan yang manusia lakukan seperti yang dilakukan ulat. Maka dari itu alangkah indah jika kita menjadi keduanya, selalu berusaha dalam berbuat kebaikan sepanjang masa, dan bertaubat jika bersalah.
Namun jangan hidup seperti akhir kupu kupu yang melahirkan generasi perusak, hiduplah seperti akhir lebah, yang mati syahid atau hidup mulia, melangsungkan kebaikan dan menularkannya pada generasi berikutnya. Bukankah lebah merawat dan mendidik dengan baik generasinya agar menjadi baik? tidak meninggalkannya sendirian lalu mati bersama kebaikan diri sendiri seperti kupu kupu.
ya, belajarlah dari apa yang ada didunia ini, sesungguhnya terdapat tanda tanda Kebesaran Allah pada apa yang ada dilangit dan dibumi.
wallahualam,,
terima kasih semoga bermanfaat.
meski melihatnya orang menjadi tenang, tidak. Aku tak mau jadi sepertinya.
Tahukah engkau tentang filosofi kupu kupu?
Ia berasal dari telur, kemudian menjadi ulat yang rakus, memakan habis semua daun yang hijau nan cantik, ia merusak kehidupan yang lain untuk memenuhi kebutuhannya, lalu setelah itu ia berubah, menjadi sangat diam, mungkin merenungi semua salahnya, dosanya, alpanya dan akhirnya ia bertaubat, ia menjadi sangat sabar, menahan dirinya berpuasa selama 10 hari penuh.
Lantas setelahnya ia berubah menjadi kupu kupu yang elok, yang begitu rapuh namun anggun, terbang diatas bunga bunga yang elok, sungguh menjadi pribadai yang sangat baik. Ia tak lagi rakus memakan daun daun sampai habis, ia hanya menyesap nektar dari bunga bunga yang indah. lalu ia kawin dan bertelur setelahnya ia mati sesudah melanjutkan keturunannya.
Sangat baik, terlahir tak tau apapun, lantas menjadi sangat buruk, kemudian menjadi sangat baik. Itulah kupu kupu. Tapi sungguh aku tak mau jadi seperti kupu kupu. Meski elok dipandang dan menyejukan hati. disukai oleh semua yang melihatnya. Sungguh aku tak mau!.
Aku,, aku ingin menjadi lebah. Lebah yang tak semua orang menyukainya, yang kadang menganggu dengan suaranya, atau dengungannya, juga kadang membuat orang panik atau takut jika tersengat olehnya. Tak apa karena ia hanya mencoba untuk bertahan hidup.
Lebah, terlahir begitu polos, namun ia sudah dapat membantu koloninya membangun sarang, ia dirawat dengan baik oleh yang lainnya, lalu tumbuh menjadi larva yang gemuk tanpa merusak yang ada disekitarnya, ia juga bermetamorfosis menjadi diam, merenungkan betapa banyak yang koloni lakukan untuknya, sedang ia mungkin belum bisa melakukan banyak hal untuk koloninya, maka ia berpuasa menahan diri agar tak menyusahkan lagi.
Dan kemudian di akhir masanya ia berubah menjadi lebah yang kita ketahui bersama rupanya. Lebah tak lagi mengandalkan saudaranya ia menjadi mandiri dan mencari nektar untuk koloninya, bergantian ia yang menjaga generasi berikutnya, ia mengambil yang baik sejak awal, lalu memberikan yang terbaik sampai akhir. Tak ada keburukan sama sekali, ketika ia dewasa, ia memilih untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, dan jika kelompoknya diserang ia akan mengorbankan diri dan mati dalam keadaan mempertahankan yang baik.
Alangkah indah menjadi lebah, tak hanya untuk koloninya, ia juga mampu memberi untuk sekitarnya. Segala kebaikan dilakukan sampai akhir hidupnya. Aku mau menjadi lebah, yang tak semua manusia menyukai, tapi memberi lebih banyak manfaat.
Sekali lagi aku tak mau jadi kupu kupu, meski di akhir hidup singkatnya ia begitu berjasa dalam menumbuhkan, tapi lihat! hal yang kemudian ia lakukan di akhir sisa waktunya ia bertelur dan menghasilkan perusak baru, ulat baru. Sementara lebah, aku ingin menjadi lebah, ia akan mati untuk koloninya atau menyambung kebaikan yang tak terputuskan. Begitu mulia.
Iya,. aku ingin menjadi lebah, memberi meski dibenci.
#belajar dari keduanya, ada nilai manfaat yang bisa diambil dari keduanya. Manusia tak mungkin bisa sesempurna lebah dalam memberikan kebaikan, pasti ada saja kesalahan yang manusia lakukan seperti yang dilakukan ulat. Maka dari itu alangkah indah jika kita menjadi keduanya, selalu berusaha dalam berbuat kebaikan sepanjang masa, dan bertaubat jika bersalah.
Namun jangan hidup seperti akhir kupu kupu yang melahirkan generasi perusak, hiduplah seperti akhir lebah, yang mati syahid atau hidup mulia, melangsungkan kebaikan dan menularkannya pada generasi berikutnya. Bukankah lebah merawat dan mendidik dengan baik generasinya agar menjadi baik? tidak meninggalkannya sendirian lalu mati bersama kebaikan diri sendiri seperti kupu kupu.
ya, belajarlah dari apa yang ada didunia ini, sesungguhnya terdapat tanda tanda Kebesaran Allah pada apa yang ada dilangit dan dibumi.
wallahualam,,
terima kasih semoga bermanfaat.